Translate

MY ARMY

[Valid Atom 1.0]
Kita pernah mengalami masa keemasan pada era 60-an dimana Presiden Soekarno memimpin negeri ini, Dan kekuatan kita  diperhitungkan barat sebagai kekuatan terhebat diasia timur bahkan melebihi China dan India.
Trikora adalah puncak kemarahan Presiden Soekarno setelah lebih dari sepuluh tahun Belanda tak mau juga hengkang dari bumi Papua.  Berbagai cara diplomasi dilakukan selama kurun sepuluh tahun itu sejak pengakuan kedaulatan RI oleh Kerajaan Belanda akhir Desember 1949.  Namun bukannya segera “mengemasi barang-barang”nya di Papua sebagaimana  amanat Konferensi Meja Bundar, Belanda malah memperkuat militernya di bumi cenderawasih dan bersiap memproklamirkan negara boneka Papua.

Bukan Soekarno namanya kalau tidak cerdas, bervisi, enerjik, menggelegar dan mampu berpikir out of the book. Jalan diplomasi tidak menampakkan perkembangan, langkah keras dia lakukan melalui cara menasionalisasikan seluruh perusahaan Belanda yang ada di Indonesia dan memulangkan paksa semua warga negara Belanda.  Itu terjadi tahun 1959.  Setahun kemudian tepat tanggal 17 Agustus 1960 RI memutuskan hubungan diplomatik dengan bekas penjajahnya itu.  Diplomasi untuk mengembalikan Irian Barat harus dipertegas dengan gelar kekuatan militer besar-besaran.  Ini dimulai tahun 1958 dengan kontrak pembelian alutsista dari blok Timur  (Polandia dan Cekoslovakia) sebesar US $ 80 juta. Tak lama kemudian 30 Mig 15 UTI tiba di tanah air.  Pada tahun yang sama Rusia (waktu itu masih Uni Sovyet) melalui sekutunya Polandia menyetujui pengadaan dua kapal selam kelas Whiskey.  Setahun kemudian tepatnya September 1959 dua kapal selam itu tiba di Surabaya dan diberi nama  RI Cakra dan RI Nanggala.

Desember 1960 delegasi Jendral Nasution bertandang ke Rusia dengan membawa daftar belanja alutsista seabreg.  Setahun kemudian Rusia menyetujui belanja alutsista untuk RI sebesar US $ 500 juta dollar, ini ekivalen dengan nilai US$ 2,5 milyar untuk ukuran sekarang.  Daftar belanja yang disetujui  itu adalah 10 kapal selam, 5 Destroyer, 8 Fregat, 14 Penyapu Ranjau, 22 Kapal Cepat Torpedo. Kemudian 40 Mig-17 Fresco, 30 Mig-19, 24 Mig-21, 26 Pesawat pembom jarak jauh Tu-16, 18 pembom taktis IL-28 Beagle, 8 Antonov, 12 Mi-4, 8 Mi-6,  6 radar, ratusan tank / panser amphibi. Pada saat yang sama TNI sudah memiliki  10 Hercules, 8 B-25 Mitchell, 6 B-26 Invader, 12 P51 D Mustang, 32 C-47 Dakota, 20 Heli Bell-204, 8 Heli Albatross, 4 Destroyer dan 8 Fregat dan 30 an KRI jenis lain.

Trikora dikumandangkan Presiden Soekarno di Yogya tanggal 19 Desember 1961.  Pemilihan tanggal ini untuk mengingatkan serangan frontal Belanda ke Yogya tanggal 19 desember 1948 namun tak mampu mengalahkan TNI.  Nah setelah Trikora dikumandangkan dimulailah kampanye  pengembalian Irian Barat, dibentuk Komando Mandala dengan komandan Mayjen Soeharto  awal Pebruari 1962 atau 2 minggu setelah pertempuran Arafuru. Pusat komando pengendalian pertempuran ada di Makassar.  Arafuru adalah spirit dan adrenalin komando Mandala yang kemudian melakukan puluhan inflitrasi dan penerjunan tak terduga di Irian sebelum operasi puncak Jayawijaya dilakukan.

Kekuatan daya pukul yang dimiliki TNI pada pertengahan tahun 1962 menjelang operasi gabungan amphibi Jayawijaya tanggal 12 Agustus 1962 untuk menyerang Biak sangat mengkhawatirkan AS.  Melalui pesawat mata-mata dan kapal selam armada ke 7 AS diperoleh informasi yang sangat mencekam, ada  manuver dan pemusatan kekuatan TNI AL di Teluk Peleng dan Halmahera.  Lebih dari 90 KRI berkumpul di Teluk Peleng dan 12 kapal Selam di Teluk Kupa-Kupa. Sementara berbagai pesawat tempur dan pembom ditempatkan di Morotai, Amahai, Letfuan, Langgur, Manado, Kendari, Makassar.

Laporan intelijen ini sampai ke telinga Presiden Kennedy dan beliau segera mengambil langkah darurat, mempertemukan kedua delegasi Indonesia dan Belanda untuk maju ke meja perundingan.  Inilah salah satu kepiawaian Soekarno.  Presiden RI pertama ini sengaja “membiarkan” kedatangan alutsista TNI AL dari Rusia datang  dan melewati laut Sulawesi yang tentu saja dekat dengan pangkalan armada ke 7 AS di Teluk Subic Philipina.  Kedatangan kapal penjelajah yang legendaris KRI Irian dari Rusia sengaja dipamerkan sebagai unjuk kekuatan dan bagian dari perang psikologis untuk menggentarkan armada kapal perang Belanda.  Dan memang Belanda ciut, begitu KRI Irian memasuki perairan Indonesia, kapal komando Belanda Karel Doorman menghindar menuju Australia.

Intelijen AS menangkap pesan bahwa tanggal 12 Agustus 1962 TNI akan dilakukan operasi gabungan amphibi menyerang Biak dengan nama operasi Jayawijaya.  Jumlah pasukan TNI yang disiapkan mencapai 30.000 pasukan  pendarat terdiri dari pasukan marinir dan angkatan darat.  Jika pertempuran ini terjadi, merupakan perang paling dahsyat setelah perang Korea dan diprediksi mampu memukul kekuatan Belanda yang dipimpin kapal induk Karel Doorman. Persyaratan serangan amphibi dengan kekuatan 3:1 telah dipenuhi oleh TNI.  Ini tentu saja akan mempermalukan blok Sekutu yang nota bene AS sebagai kepala premannya.  Padahal pada waktu bersamaan AS sedang  bertarung di perang Vietnam untuk membendung paham komunis di Asia tenggara.  

Kennedy berpendapat mestinya Belanda harus mengalah dan menyerahkan Papua ke Indonesia daripada membebani AS membantu Belanda melawan RI.  Presiden AS itu dalam sebuah pertemuan rahasia dengan Menlu Belanda memaksa negeri kincir angin itu untuk segera meninggalkan Irian Barat secara terhormat daripada diserang dan dikalahkan secara militer oleh pasukan TNI. Inilah sebuah ironi dari persekutuan itu, walaupun mereka sekutu tidak harus seirama dengan pendapat masing-masing.  Itulah sialnya si Belanda dan itu sudah jalan takdirnya.  Namun kunci penyelesaian dari kampanye pengembalian Irian ini adalah unjuk kekuatan dan gelar alutsista TNI secara besar-besaran, dipamerkan di depan armada ke 7 AS.

Bagaimana dengan Ambalat, mestinya pola dan metode Trikora menjadi referensi historisnya.  Memang saat ini ada 3-4 KRI yang berpatroli rutin di perairan itu termasuk membenahi infrastruktur pangkalan AL dan AU di Tarakan.  Juga menempatkan satuan Marinir di Sebatik, menjadikan Tarakan sebagai zona pangkalan militer segala matra, membangun pangkalan aju di Sangatta, mempersiapkan pangkalan kapal selam di Teluk Palu, menambah satuan tempur  setingkat brigade dan batalyon di Kalimantan dan Sulawesi.

Yang membedakan keduanya adalah kecepatan dan percepatan pemenuhan alutsistanya. Soekarno melalui instruksinya yang tegas dan lugas ingin agar pengadaan belanja alutsista TNI yang seabreg itu bisa dipenuhi dalam waktu 2-3 tahun, dan bisa !!.  Demikian juga dalam menentukan hari H penyerbuan amphibi ke Irian, Panglima Mandala Mayjen Soeharto yang berhitung cermat dan menganalisis dari kacamata militer  berpendapat bahwa kesiapan militer RI baru benar-benar ready for combat  bulan Januari 1963.  

Namun Soekarno menghendaki agar tanggal 17 Agustus 1962 bendera Merah Putih sudah bisa dikibarkan di Irian Barat.  Maka ditetapkanlah operasi Jayawijaya tangal 12 Agustus 1962.  Hasilnya akhir bulan Juli 1962  armada TNI AL berkekuatan lebih 90 KRI sudah ready di pangkalan aju Teluk Peleng.  Sementara 12 kapal selam Whiskey Class sudah berpatroli di perairan Irian dan bahkan sudah mendaratkan pasukan khusus TNI AD di pantai Irian.  Total kekuatan armada TN AL adalah 130 KRI, 12 Kapal Selam.  TNI AU memiliki armada  lebih dari 130 pesawat tempur dan 30 an pesawat pembom jarak jauh dan berpeluru kendali.

Logikanya kalau kita mau saat ini kita bisa mempercepat proses pengadaan alutsista.  Tapi nyatanya mau beli 2 kapal selam saja prosesnya sampai 5 tahun belum kelar.  Meskipun begitu kita ( seluruh rakyat Indonesia loh) berharap tahun ini sudah ada eksekusi pengadaan kapal selam minimal 4 buah agar dalam 3 tahun ke depan kekuatan kapal selam kita mencapai 6 unit. Demikian juga proyek Light Fregat dengan membangun minimal 10 PKR berjalan lancar.  Proyek 100 KCR, proyek rudal Lapan, rudal C802, rudal Yakhont, rudal surface to air jarak sedang segera mengisi gudang arsenal kita.

Pengadaan tambahan 6 Sukhoi, hibah 24 F16, 9 Hercules, 24 UAV, 54 BMP-3F, 70 Tank IFV, 40 Panser Canon, 90 Meriam KH178 segera datang.  Untuk 16 Super Tucano dan 16 T50 tinggal menyambut kedatangannya.  Masih banyak jenis arsenal lain yang segara memenuhi kesatrian TNI di segala matra.  Kalau di era Trikora pemenuhan kebutuhan alutsista dapat dipenuhi dalam waktu 2-3 tahun, pengadaan alutsista TNI saat ini setidaknya dapat dipenuhi tahun 2014 untuk kebutuhan tempur minimal. 

Jadi Ambalat memang harus djaga dengan memamerkan kekuatan alutsista.  Kalau perlu melakukan manuver diperairan itu secara lugas dan kontinu. Jangan beri celah militer Malaysia memasuki Ambalat.  Itu jalan satu-satunya untuk menunjukkan eksitensi kedaulatan kita sekaligus kesiapan menghadapi konfrontasi militer berskala besar.  Diplomasi oke dan jalankan tapi harus dikawal dengan kekuatan militer yang tangguh.  Tidak bisa tidak.  Dan kalau ini tidak bisa dilaksanakan akan menjadi dosa sejarah bagi khalifah yang memimpin negeri ini.  Nilai plusnya sudah ada, pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih baik, cadangan devisa mencapai US$ 120 milyar, pendapatan per kapita sudah pencapai US$ 3.000, investasi menggemaskan dan lain-lain yang menunjukkan indikator ekonomi makro oke.

Sudah saatnya kita membangun kekuatan militer yang andal untuk mengawal Ambalat dan teritori lainnya dari unsur klaim dan melecehkan.  Kita memang perlu minimal 180 pesawat tempur, 300 KRI, 12 Kapal selam dan arsenal strategis lainnya didukung oleh kekuatan minimal 600 ribu prajurit TNI.  Jangan sampai telat mikir atau kelamaan memutuskan atau terlalu lama berdandan di kaca cermin padahal diluar hujan sudah turun dengan lebatnya sehingga tahu-tahu Ambalat pun tersapu banjir bandang lalu tiba-tiba muncul sebuah mercu suar baru dengan tulisan: Milik Kerajaan Melayu
Bagaimana dengan sekarang ????
Setelah bung karno mengeluarkan mandat dan diganti soeharto kekuatan armada kita yang sebagian besar mewarisi dari blok timur, secara perlahan mulai dipreteli dan digantikan dengan alut sista blok barat .
Tapi dari sekian banyak alutsista dari uni soviet yang paling misterius adalah keberadaan kapal perang destroyer yang pernah dimiliki sebagai kapal terbesar yang pernah dimiliki negeri ini.

KRI Irian adalah kapal penjelajah kelas Sverdlov dengan kode penamaan soviet Project 68-bis. Kapal jenis ini adalah kapal penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari penjelajah kelas Chapayev.

KRI Irian sebelumnya adalah kapal Ordzhonikidze  (Object 055) dari armada Baltik, yang dibeli oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962. Saat itu KRI Irian adalah kapal terbesar di belahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif untuk persiapan merebut Irian Barat. Panjang kapal itu mencapai  210 Meter, Lebar: 22 Meter, Draught: 6.9 Meter, Bobot: 16,640 Ton.

Bandingkan dengan  kapal terbesar TNI-AL sekarang, hanya  Fregat Kelas tribal "hanya" yang berbobot 3.250 Ton.  Kecepatan KRI Irian mencapai  32.5 Knot. Perhatikan pula ketebalan bajanya,  untuk ukuran Belt: 100 mm, Tower: 150 mm, Dek: 50 mm, Turret: 75 mm.   Di zamannya dulu, KRI ini tergolong hebat dalam hal persenjataan: Yakni dengan 10 Tabung Torpedo anti Kapal Kaliber 533 mm, 12 buah Kanon tipe 57 cal B-38 Kaliber 15.2 cm ( 6 depan, 6 Belakang), 12 buah Kanon ganda tipe 56 cal Model 1934 6 (twin) SM-5-1 mounts Kaliber 10 cm, 32 buah kanon multi fungsi kaliber 3.7 cm, 4 buah triple gun Mk5-bis turrets kaliber 20 mm (untuk keperluan Anti serangan udara) kalau ingin mengetahui sejarahnya kenapa kapal ini dimiliki Indonesia. Memang teramat panjang. Tapi singkatnya,  pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Central Design Bureau '17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya ideal beroperasi di daerah tropis.

Modernisasi skala besar dilakukan untuk membuat kapal ini bisa beroperasi pada suhu +40'C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30'C.Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang kemudian mengunjungi kota Baltik menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan. Pada 14 Februari 1961 Kapal ini tiba di Sevastopol dan pada 5 April 1962, kapal ini memulai uji coba lautnya.  Pada saat itu Kru Indonesia untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal ini Bapak Yathizan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, di kemudian hari banyak yang mampu menduduki posisi penting. 
Ada beberapa versi mengenai keberadaan kri irian sampai sekarang.
Versi Pertama menyebutkan bahwa KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan semasa TNI-AL dipimpin oleh Laksamana Soedomo (KSAL) pada tahun 1970. Alasannya, keberadaan KRI Irian sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipertahankan mengingat kondisi fisik yang sudah memprihatinkan. Jika saja dibesituakan di Taiwan, akan tetapi tidak ditemukan catatan administratif mengenai keberadaan kapal penjelajah ringan kelas Sverdlov di dok besi tua di Taiwan.
Versi Kedua, KRI Irian dijual ke Jepang setelah semua persenjataannya dilucuti. Tidak jelas pula alasannya karena di Tanjung Priok ketika itu masih terdapat dua buah gudang suku cadang. Informasi yang disebutikan oleh Hendro Subroto mengatakan bahwa perawatan teknisi tidak dapat dilakukan lagi karena sebelumnya perawatan lebih banyak ditangani oleh teknisi dari Rusia. Sekalipun demikian, tidak ditemukan pula laporan adanya kapal penjelajah ringan kelas Sverdlov yang mangkir di dermaga ataupun dok di Jepang.
Versi Ketiga, ketika dibawa keluar untuk dibesituakan, di tengah perjalanan KRI Irian dicegat oleh kapal Uni Sovyet. Versi ketiga ini adalah analisis dari saya sendiri setelah membaca laporan dari berbagai majalah militer yang mengulas mengenai persenjataan Uni Sovyet semasa perang dingin. Pada pemabahasan di awal sudah saya sebutkan jika Uni Sovyet hanya menjual penjelajah ringan kelas Sverdlov kepada dua negara, yaitu Indonesia (1962) dan India (1989 – Scrap).
Ada dugaan jika pihak yang paling tidak menginginkan apabila kelas Sverdlov jatuh ke tangan pihak Barat adalah Uni Sovyet. Seperti kita ketahui, KRI Irian mengusung teknologi yang masih belum diketahui oleh pihak barat (NATO). Ada rumor jika Uni Sovyet mencegat kapal tersebut dan kemudian mengambil alih dengan kesepakatan, bisa jadi dengan mengurangi sejumlah hutang pembelian senjata yang belum dilunasi atau bisa jadi dengan membayarkan secara tunai. Di antara keseluruhan kelas Sverdlov sebanyak 14 biji itu, hanya keberadaan KRI Irian (Ordzhonikidze – Object 055) yang masih misterius.Ada guyonan seputar KRI Irian: "Tak ada yang ditakuti KRI Irian, termasuk Karel Doorman. Hanya satu yang menciutkan nyalinya, yaitu Haji Syukri (juragan besi loakan ternama di Surabaya)."



SAAT KETEGANGAN yang memanas antara Indonesia dengan Malaysia mengenai blok Ambalat dulu, menyebabkan pasukan kedua negara menyiapkan peralatan perangnya termasuk diantaranya kekuatan udara. Indonesia sudah menyiapkan empat buah pesawat F-16 yang siaga untuk menghadapi pesawat-pesawat tempur Malaysia.

Namun jika dilihat dari kondisi yang ada, keempat F-16 itu adalah sebagian dari 8-10 buah F-16A/B Fighting Falcon yang dimiliki Angkatan udara Indonesia. Sisanya, adalah kekuatan pesawat yang sudah uzur, yaitu 12 buah F-5E/F "Tiger II", 17 buah A-4E "Sky Hawk" (keduanya generasi pesawat tahun 1960 s.d. 1970-an), disamping pesawat tempur ringan yang masih modern, yaitu 35 buah Hawk 100/200, 9 buah Hawk Mk-53, didukung pesawat generasi perang Vietnam (1960-an), yaitu 9 buah OV-10 "Bronco". Belum diketahui, empat buah pesawat F-16A/B yang dipersiapkan TNI-AU itu benar-benar sudah siap menghadapi pesawat-pesawat tempur Malaysia.

Yang jelas, tampaknya pengerahan F-16 oleh Angkatan Udara Indonesia itu dilakukan dengan mengoptimalkan kekuatan yang ada. Pasalnya, walau Indonesia sudah memiliki empat buah pesawat tercanggih buatan Rusia, Su-30 dan Su-27, namun belum sepenuhnya dapat diandalkan. Tinggal kepada kekuatan F-16, yang itu pun menghadapi dilema persoalan suku cadang karena yang tersedia kini tinggal delapan buah dari sebelumnya 12 buah.

Persoalannya, dengan mengerahkan kekuatan "ala kadarnya" itu, pasukan Indonesia siap untuk "menghajar" pesawat-pesawat Malaysia? Apalagi, jika kemudian terjadi bentrok besar-besaran dengan Malaysia yang secara nyata memiliki pesawat tempur yang lebih memadai jumlah maupun teknologinya.

Namun mengutip keterangan Asrena Kasau, Rukma Susetya, dalam sebuah terbitan Buletin Litbang Dephankam, berbagai pesawat tempur itu secara umum hanya dengan kesiapan rata-rata 25 pesawat atau jika dipersentasikan hanya 28 persen.

Berdasarkan catatan "PR", Malaysia juga memiliki pesawat paling canggih buatan Rusia, Su-30 sama seperti yang dimiliki Indonesia. Bahkan, jumlah yang dimiliki Malaysia sebanyak 18 buah, didukung sejumlah pesawat modern lainnya, MiG-29 Fulcrum juga buatan Rusia. Karena "koceknya" lebih banyak, tentunya Malaysia lebih kuat dalam anggaran perawatan dan pembelian suku cadang.

Ini belum termasuk F/A-18D Hornet buatan AS yang merupakan generasi tahun 1989-1990. Pesawat-pesawat itu kelasnya sudah di atas F-16A/B yang dimiliki Angkatan Udara Indonesia berasal dari generasi tahun 1970-an.

F/A-18D diketahui merupakan generasi yang sebenarnya tandingan Su-27/Su-30 milik Indonesia, namun dalam ketegangan di Ambalat ternyata belum siap diandalkan. Malaysia boleh lebih berbesar hati, karena mereka baru saja melakukan latihan bersama pasukan udara AS (US Airforce), sekaligus mendapat pelatihan gres dari mereka, atas pengoperasian F/A-18F Super Hornet yang merupakan produk termodern milik AS.

Dalam latihan tersebut, sejumlah penerbang F/A-18D Malaysia dengan dipandu pelatih dari angkatan udara AS, mencoba F-18F milik AS dengan melakukan latihan manuver di perairan sekitar Pulau Tioman. Tampaknya, latihan inilah yang akan dijadikan bekal oleh berbagai pilot F/A-18D Malaysia, untuk menghadapi F-16A/B milik Indonesia.

Kalaupun tidak, tampaknya Malaysia "cukup" mengirimkan MiG-29 untuk menghalau F-16A/B dari Indonesia. Sebab secara teknis pun, Malaysia dikabarkan lebih siap dari suku cadang dan perlengkapan, karena selama ini mereka tak ada masalah dari biaya pembelian.

Perang laut
Namun dari kekuatan laut, Indonesia boleh lebih "pede", walau pun armadanya diperkuat seabrek kapal-kapal perang tua, plus dua buah kapal selam yang sedang kerepotan suku cadang. Pasalnya, Malaysia pun diketahui kondisinya cukup mirip Indonesia, karena tak mempunyai kekuatan laut yang memadai. Malaysia tampaknya "tak begitu mementingkan" kekuatan laut, karena letak geografisnya tak sebesar Indonesia. Jadinya, Malaysia kini cenderung lebih memikirkan kekuatan udara, ketimbang kekuatan laut.

Sedangkan kekuatan kapal laut Indonesia yang kini menjadi andalan, yaitu tiga buah perusak kawal rudal kelas Fatahillah, sebuah kelas Ki Hajar Dewantara, serta 4 kapal cepat roket kelas Mandau (termasuk di antaranya KRI Rencong), dua buah kapal cepat torpedo (KCT) kelas Ajak, dua buah buru ranjau kelas Pulau Rengat.

Kapal tempur milik Indonesia unggul kuantitas, walau pun produknya hampir semuanya barang bekas. Malaysia memang kalah jumlah, namun memiliki kapal generasi modern.

Kekuatan laut Malaysia kini hanya bertumpu kepada dua buah fregat generasi tahun 1990-an, yaitu Lekiu dan Jebat. Namun kedua kapal itu dilengkapi sistem data tempur modern, sehingga dalam pendeteksian kapal lawan dikabarkan lebih unggul. Selain itu, Malaysia juga dilengkapi fregat generasi tahun 1980-an, disamping korvet kelas laksamana yang merupakan generasi tahun 1995.

Secara umum, sistem persenjataan kapal laut yang dimiliki Indonesia tak berbeda jauh dengan Malaysia. Misalnya, peluru kendali Exocet II, kanon otomatis Bofors 57 mm, dll. Sisanya sama seperti Malaysia, memiliki kapal pendarat tank, yang biasanya digunakan jika pasukan marinir mulai masuk perang ke pulau. Namun untuk "perang pembukaan", tentunya mengandalkan kapal perang dan pesawat tempur.

Sepintas, jika terjadi perang udara dan laut Indonesia dengan Malaysia, dengan mengerahkan kekuatan masing-masing dalam kasus Blok Ambalat, seakan mengingat kembali pada Perang Malvinas (Falkland) antara Inggris dengan Argentina.

Jika perang Indonesia melawan Malaysia kemudian terjadi, tampaknya akan lebih menonjol dari pertempuran udara, baru kemudian laut. Jika hanya secara teori, kekuatan udara Malaysia akan lebih unggul, namun di laut bisa saja Indonesia lebih unggul.

Kondisi kekuatan Inggris-Argentina tak ubahnya dengan Malaysia-Indonesia. Akankah kekuatan dan modernnya pesawat tempur Malaysia menjadi pendukung kekuatan lautnya kemudian akan menghajar dan melumpuhkan kekuatan Indonesia yang ibaratkan milik Argentina, sehingga berhasil merebut Ambalat
Tentunya rakyat dan pemerintah indonesia tak ingin hal tersebut terjadi bukan???
maka secara perlahan menilik dari kasus ambalat secara perlahan dan pasti pemerintah dengan persetujuan DPR  mulai membangun armada yang tangguh . agar setiap negara yang mau melecehkan kedalaulatan NKRI harus berpikir dua kali sebelum melaksanakan  niatnya.
berikut ini adalah daftar belanja arsenal indonesia yang sudah aktif atau dalam proses pembelian atau penyelesaian  oleh pabrik pembuatnya.
TNI AD rencananya bakal melengkapi sistem pertahanan dengan memborong beragam arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan tempur yang akan dibeli ini menggunakan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun.

Jenis alutsista yang akan dibeli TNI AD antara lain, 100 unit MBT Leopard 2A6 dengan harga per unit 280 juta dollar AS. Ranpur roket multi laras untuk melengkapi kekuatan 2,5 batalion.

Untuk meriam Howitzer 155, rencananya bakal dipasok oleh Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat. Untuk heli, TNI AD bakal mendapat harga khusus. Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.

A-29 Super Tucano Video

Pesawat anti-gerilya dan serang darat buatan Embraer Brazil ini dua tahun kedepan akan memperkuat kekuatan TNI AU di skuadron Udara 21. Pesawat multifungsi yang diproyeksikan menggantikan pesawat OV-10F Bronco tersebut memiliki perangkat elektronik (Avionik) canggih yang dipasok oleh Elbit System , Israel.







Dengan MEF tahap pertama ini esensi dasarnya adalah menutupi berbagai lubang yang menganga dari satuan-satuan tempur TNI yang kurang mendapat suplai alutsista selama duapuluh tahun.  Contohnya pengadaaan 16 pesawat coin Super Tucano dari Brasil yang mulai berdatangan tahun 2012, adalah untuk menggantikan pesawat uzur OV10 Bronco yang tinggal 4 biji dan grounded.  Selama 2 tahun terakhir ini skuadron yang berhome base di Malang ini tidak bisa melaksanakan fungsi operasionalnya karena alutsista utamanya tak boleh terbang.

Demikian juga pengadaan 16 jet latih tempur T50 Golden Eagle dari Korsel untuk menggantikan jet tempur Hawk Mk53 yang sudah berusia 30 tahun dan hanya tersisa 5 unit.  Sementara 10 Jet tempur Sukhoi yang kita miliki saat ini  sejatinya untuk menggantikan pesawat tempur A4 Skyhawk yang sudah harus pensiun karena sudah tua, belinya pun beli second dari Israel akhir tahun 70an.  Perolehan 24 F16 hibah dari AS yang kemudian diupgrade setara dengan blok 52 adalah untuk menambah kekuatan 10 F16 Blok 15 Ocu yang dimiliki TNI AU saat ini.

Alutsista matra laut dan darat juga sama. TNI AL mengisi kekurangan kapal perang dengan pengadaan 4 KRI sigma, 4 KRI LPD dan beberapa kapal cepat rudal. TNI AD melakukan retrofit Tank AMX13, mendapat panser Anoa buatan Pindad untuk melengkapi batalyon infantri yang diubah menjadi batalyon infantri mekanis.  Sejauh ini tidak ada yang ditambah melainkan memenuhi kekurangan akibat stagnan rematerialisasi alutsista selama dua dekade.  Pekerjaan MEF saat ini adalah menambal sulam baju tempur yang compang-camping agar bisa dipakai sebagai baju tempur layak pakai. 

Update Prediksi Daftar Belanja Alutsista TNI 2011-2014

  1. 6 Jet tempur Sukhoi  SU30 batch 3 (Rusia)==>tunggu kedatangan
  1. Arsenal rudal untuk Sukhoi (Rusia)=> sebagian sudah datang
  2. 16 pesawat coin Super Tucano (Brasil)=> datang mulai tahun 2012
  3. 16 jet tempur latih T50 Golden Eagle (Korsel) => datang mulai tahun 2012
  1. 30 Jet tempur F16 Blok 52 (AS)  ==> datang mulai tahun 2012
  1. Upgrade 10 F16 blok 15 OCU ke Blok 52==> 1 paket dengan 30 F16 blok52
  2.  1 Skuadron Jet tempur Sukhoi SU35 BM (Rusia)=>Statemen KSAU
  1.  1 Paket Simulator jet tempur Sukhoi (Rusia) =>Statemen KSAU
  2.  2 Skuadron pesawat intai UAV ==> datang mulai akhir 2011
  3. 9 pesawat angkut berat Hercules (AS dan Australia)=>hibah upgrade
  1. 9 pesawat angkut CN295 (Kerjasama dengan Spanyol)=> sign kontrak
  1. 13 Heli serbu Mi35 (Rusia) ==> sdh datang 5 unit
  1. 6 Heli angkut serbu Mi17 (Rusia) ==> sdh datang 12 unit
  2.  16 Heli Apache (AS)==>Statemen Wamenhan
  3.  16 Heli Bell 412 EP (kerjasama produksi dengan AS)==>sedang dikerjakan
  4.   8 Heli Fennec AS550 (kerjasama produksi dengan AS)==>sign kontrak
  5.   6 Heli EC725 Cougar (Eurocopter Perancis)=>sign kontrak
  6.   2 Heli Super Puma (produksi dalam negeri)=>sedang dikerjakan
  7. 16 Heli anti kapal selam (AS)=>penjajakan
  8.  3 pesawat CN295 AEW (Airbus Military Spanyol)=>penjajakan
  9.  4 Radar Raytheon (Perancis)=>3 sudah diinstal di Timika, Merauke, Saumlaki
  10.  1 Pesawat Intai CN235 MPA (produksi dalam negeri) =>sedang dikerjakan
  11.  3 Pesawat Patroli  Maritim CN235 (produksi dalam negeri)=>sign kontrak
  12.  3 Kapal Selam (kerjasama produksi dengan Korsel)=>sign kontrak
  13.  4 Fregat (Inggris)==>statemen KSAL
  14.  2 PKR Light Fregat kerjasama produksi dengan Belanda=> sedang dikerjakan
  15.  5 LST (Landing Ship Tank) produksi dalam negeri==> sedang dikerjakan
  16.  30 Kapal Cepat Rudal (produksi dalam negeri)==>sedang dikerjakan
  17.   8 Kapal Trimaran (produksi dalam negeri)==> 1 unit selesai akhir 2011
  18.  54 Tank amphibi BMP3F batch 2 (Rusia)==>tunggu kedatangan
  19.  20 Tank amphibi BMP 3F batch 3 (Rusia)==>proses anggaran
  20.    2 Batalyon MBT Leopard 2 (Belanda)==>statemen Panglima TNI
  21.   54 Tank Pindad ==>proses order
  22.   22 Panser Canon Pindad Tarantula batch 1==> sedang dikerjakan
  23.   30 IFV  K1 Korsel batch 1 ==> sedang dikerjakan
  24.  330 Panser Pindad 5 ton ==> proses order
  25.  660 Panser Pindad 2,5 ton ==> proses order
  26.    55 Panser Anoa batch 2 ==> sedang dikerjakan
  27.  30 Oerlikon 35 mm, radar dan rudal Chiron (Swiss)==>datang tahun 2012
  28.  100 Rudal jarak sedang surface to air (Hanud Area)
  29.  150 Rudal surface to surface Lapan-Pindad jarak 300 km
  30.   30 Rudal Yakhont Rusia untuk Fregat dan Korvet=>sebagian sdh diinstal
  31.   60 Rudal C802 Cina untuk Kapal Cepat Rudal=>sebagian sdh diinstal
  32.  100 Rudal C705 Cina untuk Kapal Cepat Rudal / Trimaran
  33.  300 Rudal QW3 Cina untuk Marinir dan Paskhas==>sebagian sudah datang
  34.  600 Rudal Anti Tank untuk TNI AD
  35.  70 Howitzer KH178 Korsel ==> sebagian sudah datang
  36.  80 Howitzer 155 mm Turki==>proses order
  37.  30 MLRS Rocketsan Turki ==> proses order
  38.  5.000 Roket Rhan Pindad==> sedang dikerjakan
Semoga saja dengan penambahan alutsista dan anggaran pertahanan yang memadai dapat lebih meningkatkan profesionalitas  TNI sebagai garda terdepan negeri ini dalam menjalankan tugas untuk mengamankan NKRI dari berbagai gangguan. dan bisa meningkatkan daya tawar NKRI dalam negosiasi didunia internasional.
KARENA KEKUATAN EKONOMI SUATU NEGARA TERGANTUNG DARI KEKUATAN PERTAHANAN ANGKATAN BERSENJATA NEGARA YANG BERSANGKUTAN.


No comments: