Thread: TNI in Gallery (the New Photos)
-
A brief about Indonesian-made combat vehicleI think both images show the same vehicle, the RPP or RPP-1 (Ranpur Pengangkut Personil). The vehicle is based on a LandRover chassis and is powered by a 93hp Isuzu turbocharged diesel engine. There is also a 6x6 variant.
Pindad also made further variant of it called APR-2, but unluckily I couldn't find any info about it. I only got two pictures which I assumed to be APR-2, any info about it?
[/B] I still dont have any detailed information about this vehicle.
I have few pictures which I assumed to be Paksi. I hope anyone could give me further detail about it.
Edit: the vehicles are similar but not the same. The one in 4-colour camo is probably the RPP-1.Last edited by calimero2; 12-06-2006 at 06:57 AM
-
APR I-V1I understand that the APR I-V1 is also called the APR Versi Polri (police?) while the APR II-V2 is the military model (Versi TNI).
Pindad also made further variant of it called APR-2, but unluckily I couldn't find any info about it. -
I think both images show the same vehicle, the RPP or RPP-1 (Ranpur Pengangkut Personil). The vehicle is based on a LandRover chassis and is powered by a 93hp Isuzu turbocharged diesel engine. There is also a 6x6 variant.
Edit: the vehicles are similar but not the same. The one in 4-colour camo is probably the RPP-1.
I've search again and I've found that this APC is one that made by PT. Skunk Engineering Jakarta, It is based on Land Rover and I still havent know its name. hihihi.
Its been the rival for APR-1-V1
-
Rantis stands for Kendaraan Taktis or Tactical Vehicle in English,
Indonesia has built several Prototype of rantis, only few of them are brought to production.
One of them is Maesa PT44.
http://www.pacifictec.net
Few pictures of Rantis PT44 made by PT. Pasific Technology I.A.D Indonesia
-
PT. PindadThis source:
APR (Angkut Personil Ringan) - Light Personel Carrier
APS (Angkut Personel Sedang) - Medium Personel Carrier
http://www.kuningan.go.id/modules.ph...rticle&sid=157
also mentions the APK (kendaraan patroli poliisi) or APK2-V1. -
I was told that TNI also uses CIS 50 HMG but I have not seen it, the pix below shown aHMG with double feed of ammo with two ammo rack at the side, seem to be CIS 50 indeed.
-
APS (Angkut Personel Sedang) - Medium Personel CarrierI also read somewhere the designator APS2-V1. This might be either the one with the single cabin or maybe the VAB clone ("Panser 6x6").
APS1-V1 -
I was told that TNI also uses CIS 50 HMG but I have not seen it, the pix below shown aHMG with double feed of ammo with two ammo rack at the side, seem to be CIS 50 indeed.
I guess it is. TNI use several CIS products, The Pindad itself already in agreement with CIS to manufacture the CIS 40-AGL 40 mm Grenade Launcher -
I also read somewhere the designator APS2-V1. This might be either the one with the single cabin or maybe the VAB clone ("Panser 6x6").I guess it would be possible for the VAB clone (Panser 6x6) to be the APS-2-V1 -
I guess it is. TNI use several CIS products, The Pindad itself already in agreement with CIS to manufacture the CIS 40-AGL 40 mm Grenade LauncherTks.
I also read a couple of reports that TNI is also interested in licensed produced of our Terrex AV-81 8x8 wheeled AFV, do you have update on it??? -
SBY, SS-1 dan SS-2
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memegang senapan SS-1 dan SS-2 disaksikan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto seusai menerima atlet TNI AD yang merebut juara pertama lomba menembak se-ASEAN di Istana Negara, Jakarta. Presiden SBY juga menyematkan Satya Lencana Pembangunan serta pemberian piagam tanda kehormatan kepada Direktur Utama PT. Pindad, Budi Santoso.(Foto-Abror)
Selasa, 20 Oktober 2009
Pesawat Pengintai Made In Indonesia
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2010 segera mengoperasikan pesawat terbang mini tanpa awak yang disebut Puna sebagai pendukung pertahanan keamanan nasional dan pengintai teroris.
Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengatakan, BPPT sudah melakukan penelitian dan berhasil mengembangkan Puna sebagai pesawat pengintai dari udara terhadap apa yang sedang terjadi di darat dan laut. Puna nantinya akan digunakan oleh militer dan aparat kepolisian Indonesia dalam melakukan penyusupan terhadap aktivitas di daerah rawan konflik. "Puna juga melakukan pengintaian terhadap teroris yang sedang bersembunyi di lokasi yang sulit dijangkau," kata Kusmayanto di Tangerang, Banten, Sabtu (17/10).
Puna juga dilengkapi kamera mini untuk memotret kejadian di lapangan dan melaporkan kepada pihak terkait sebagai barang bukti. Dia mengatakan, Puna saat ini sedang dalam tahap proses pembuatan akhir dan akan dioperasikan pada 2010. "Kita ingin menunjukan Puna buatan peneliti Indonesia bisa digunakan sebagai pendukung keamanan nasional, jadi tidak harus dibeli dari luar negeri," ujar Menristek seperti dikutip ANTARA.
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan Keamanan BPPT Joko Purwono menyatakan, Puna dapat mencapai ketinggian di udara hingga 120 kilometer. Puna merupakan pesawat otonomos dilengkapi kamera pengintai dan tidak dikontrol melalui remote.
Joko menambahkan, Puna memiliki panjang badan empat meter dan panjang sayap tujuh meter dengan jangkau ketinggian yang cukup di atas udara. "Puna akan diproduksi tahun depan oleh PT Dirgantara Indonesia, untuk saat ini pesawat tersebut sedang dalam proses penyempurnaan,"ujar Joko.
Selain itu, kata Joko, BPPT juga mengembangkan dua pesawat pengintai mini tipe lain yakni pesawat Sriti seberat 10 kilogramdan pesawat pengintai yang dinamai Alap-Alap dengan berat 25 kg, untuk memantau perairan laut Indonesia.(AND)
Sumber: Liputan6.com
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3736371
PTDI garap proyek pesawat tempur US$8 miliar
T-50 Golden Eagle
BANDUNG (Bisnis.com): Di bidang penguasaan teknologi pesawat terbang, Indonesia telah terkenal sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memproduksi dan mengembangkan pesawat sendiri. Walaupun di bidang pemasaran produksi pesawatnya sendiri harus kita akui kita masih kalah bila dibandingkan dengan Brazil, yang mengembangkan EMBRAER dan memasarkannya ke seluruh dunia.
Akan tetapi, beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara mulai mengalihkan perhatiannya ke pesawat buatan Indonesia, sebut saja Malaysia, Pakistan, UAE, Philipina, dan Korea Utara, serta beberapa negara lainnya. CN-235 tampaknya akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas di beberapa tahun kedepan setelah lebih banyak negara yang sadar akan kehandalannya. Malaysia sendiri berencana memesan 4 pesawat tambahan untuk menambah jumlah pesawat CN-235 yang sudah mereka miliki (source)
Anda pasti berfikir, dengan semua kapasitas dan teknologi yang dimiliki Indonesia, kenapa sampai sekarang Indonesia belum membuat Jet tempur ?
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akhirnya siap berkerja sama dengan Korea Selatan mengerjakan proyek pengembangan model pesawat tempur senilai US$8 miliar yang ditawarkan pemerintah negara tersebut kepada Indonesia.
Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito mengemukakan sejumlah sarana dan prasarana yang dimiliki badan usaha milik negara (BUMN) tersebut mampu mengerjakan pesawat tempur sejenis T-50 Golden Eagle yang merupakan pengembangan pesawat oleh Korea Selatan-Amerika Serikat.
"Kalau memroduksi sendiri [pesawat tempur] belum bisa, tetapi kalau bergabung dengan Korea Selatan bisa terlaksana," katanya kemarin.
PT DI memiliki pengalaman dalam bidang kualifikasi dan sertifikasi dalam memproduksi pesawat-pesawat yang berkecepatan rendah seperti CN-235.
Sementara itu, Korea Selatan berpengalaman dalam memroduksi pesawat berkecepatan tinggi atau melebihi kecepatan suara (1 mach) T-50 Golden Eagle.
"PT DI memiliki lahan, laboratorium, ruang perakitan, sumber daya manusia, dan lain-lain. Jadi sebetulnya tinggal penggabungan teknologi saja," katanya.
Budi mengatakan pengembangan dan pembangunan model pesawat yang ditawarkan Korea Selatan baru untuk jenis tempur (fighter), sementara pengembangan model pesawat jenis lainnya seperti jenis stealth (siluman), belum masuk program.
Dia menilai kerja sama pengembangan pesawat tempur kemungkinan bisa diwujudkan pada tahun ini setelah pemerintah Korea Selatan memberikan lampu hijau atas program kerja sama. "Pemerintah Korea Selatan tinggal menunggu persetujuan parlemennya dalam program pengembangan pesawat ini," katanya.
CN-235 | |||||
---|---|---|---|---|---|
CN-235 ASW/ASuW MPA milik
|
|||||
Tipe | pesawat angkut | ||||
Produsen | Dirgantara Indonesia/EADS-CASA | ||||
Perancang | Dirgantara Indonesia/EADS-CASA | ||||
Terbang perdana | 1983 | ||||
Diperkenalkan | 1 Maret 1988 oleh Merpati Nusantara | ||||
Status | Operasional | ||||
Pengguna | TNI AU dan Angkatan Udara Spanyol Penjaga Pantai Amerika Serikat TNI AU Angkatan Udara Spanyol Angkatan Udara Kerajaan Thailand Tentera Udara Diraja Malaysia Tentera Udara Diraja Bruney Angkatan Udara Pakistan Angkatan Udara Afrika Selatan Angkatan Udara Turki Angkatan Laut Turki |
||||
Harga satuan | $ 10.000.000 | ||||
C-144,CASA C-295Produk PAL INDONESIA "KRI Banjarmasin-592" Melakukan Long Sea TrialUntuk mendukung kegiatan Safari kapal perang produksi dalam negeri tersebut KRI Banjarmasin-592 mengangkut ranpur kors marinir antara lain 4 tank PT 76, tank RRF 3 buah dan sea reader 2 buah untuk melakanakan latihan embarkasi dan debarkasi ranpur dan latihan pendaratan . Selain itu mengangkut ranpur 2 tank jenis AMX-10 P dari TNI AD ya digeser ke Makasar. Untuk kegiatan latihan pendaratan dan embarkasi/debarkasi tersebut kapal perang yang memiliki panjang 125 meter dan lebar 22 meter tersebut dilibatkan pula personel dari Koprs Marinir sejumlah 75 orang untuk latihan pendaratan.
LPD (Landing Pad Dock)
ADAPUN UKURAN UTAMA KAPAL INI ADALAH : Length Over All ; 125 Meter Length Between Perpendicular ; 109,2 Meter Breath ; 22.00 Meter Depth (Tank Deck) ; 6.7 Meter (Truck Deck) ; 11.3 Meter Draft Max ; 4.9 Meter Displacement ; 7.300 Ton Kecepatan Maximum ; 15 Knots Endurance days ; 30 Days Cruising Range ; 10.000 Miles Max embarcation ; 344 Person terdiri dari : - Crew ; 126 Person - Troops & Guest ; 218 Person Helicopter ; 5 Unit LCVP ; 2 Unit Setelah Fregat Kelas La Fayette RI Rancang Kapal Selam Sendiri
Maket Fregate Pesanan TNI-AL
Jakarta - Setelah merasa mapan dalam industri pertahanan untuk matra darat, Indonesia pun merancang industri pertahanan bagi matra laut. Meski belum resmi diluncurkan, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun kapal selam sendiri. Terlebih setelah PT PAL Surabaya mengembangkan kapal perang jenis fregat kelas La Fayette.
"Kami sebenarnya cukup bisa membangun sendiri industri pertahanan untuk Angkatan Laut. Sekarang Indonesia sudah membangun kapal perang modern sejenis fregat kelas La Fayette seperti yang dimiliki Singapura dan akan selesai dalam waktu empat tahun oleh PT PAL," ujar Purnomo di sela-sela seminar "Pertahanan Nasional Indonesia dalam Perspektif Sosial-Budaya" di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Rabu (25/8).
Menurut Purnomo, keberhasilan membangun kapal perang modern membuat pemerintah cukup percaya diri memperkuat industri pertahanan untuk Angkatan Laut. "Saya katakan bisa enggak dalam waktu dekat ini kita membangun kapal selam. Kita, kan, punya dok yang cukup untuk membangunnya di Surabaya," ujarnya.
illustrasi Dok U-214 jerman
Industri pertahanan dalam negeri, lanjut Purnomo, sudah cukup membanggakan, terutama untuk matra darat. Keberhasilan PT Pindad membuat panser dan senapan serbu SS1 dan SS2 merupakan salah satu contoh. Panser buatan Pindad kini sudah diekspor ke negara-negara ASEAN.
Pengamat militer Salim Said mengungkapkan, Indonesia memiliki kemampuan untuk membangun industri Angkatan Laut sendiri. Menurut dia, sebenarnya sudah sejak dulu Indonesia dapat membuat kapal perang, termasuk kapal selam, sendiri.
Salim mengatakan, pembangunan industri pertahanan TNI Angkatan Laut sudah sangat mendesak. Beberapa insiden di perbatasan laut Indonesia-Malaysia harus menjadi pelajaran, betapa mendesaknya Indonesia memperkuat industri pertahanan bagi matra laut.
PENGEMBANGAN ROKET BALISTIK LAPAN 1964-2006 : Uji static dan uji terbang roket standar berkaliber 70, 100, 150, 250 mm 2007 : Uji static roket RX-320, jangkauan 40 km-70km 2008 : Uji terbang RX-320, uji static RX-420 2009 : Uji terbang roket RX-420, jangkauan 80 km-150 km 2010 : Uji system pemisahan roket 2011 : Pembuatan dan uji darat roket tiga tingkat, terdiri dari dua roket RX-420 dan satu roket RX-320 dan Booster 2012 : Peluncuran roket tiga tingkat 2013 : Evaluasi peluncuran roket tiga tingkat dan empat tingkat 2014 : Peluncuran Roket SLV-1
Rencananya, uji coba akan dilanjutkan pada 2010 dengan roket yang diluncurkan merupakan gabungan dari RX 420-420 dan 2011 gabungan 420-420 - 320 dan SOB 420. Pada 2014, roket siap mengantarkan satelit NANO seberat 5 kg dengan ketinggian 300 kilometer dan kecepatan 7,8 km/s.
Pada tanggal 2 Juli 2009, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN ) sukses meluncurkan Roket RX-420. Roket RX-420 adalah Roket eXperiment berdiameter 420 milimeter ( 0.42 meter ) dengan jangkauan 200 km yang dibuat dan diciptakan oleh putra-putri terbaik bangsa. LAPAN sekarang ini sedang mengembangkan roket 4 tingkat yang akan di gunakan untuk meluncurkan satelit NANO ke orbitnya. Roket 4 tingkat ini terdiri dari dari 6 unit roket yakni 5 roket RX-420 sebagai roket pendorong dan 1 roket utama RX-320. Hingga saat ini, LAPAN sudah berhasil membuat 16 unit roket yakni 1 unit RX-250, 3 unit RX-150, 3 unit RX-100, 3 unit RX-70, 4 unit RX-70 FFAR, 1 unit RX-320 dan RX-420. Roket SLV yang didesain para peneliti LAPAN akan diproduksi oleh PT. Dirgantara Indonesia (DI), Roket SLV meluncur mencapai ketinggian 314 kilometer ke udara.
Video Peluncuran Beberapa Roket Buatan Lapan
Beberapa roket buatan LAPAN
Pada tanggal 19 Mei 2009, LAPAN telah sukses meluncurkan roket RX-320 di kawasan Pameungpeuk, Garut- Jawa Barat. Selain bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan departemen lokal seperti LIPI, PT DI, PT Pindad, Dephan-TNI dan BPPT, LAPAN juga bekerja sama Technical University of Berlin (TUBerlin). Kerjasama dengan Tuberlin telah menghasilkan satelit pengamatan bumi yang diberi nama Lapan-TUBSat.
SATELIT LAPAN-TUBSAT
LAPAN-TUBSAT adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin). Wahana ini dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan sensor bintang yang baru. Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 cm ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak. LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.
Roket RX-420
Spesifikasi Roket RX-420 Panjang : 6,2 Meter Diameter : 420 mm ( 0.42 M ) Berat : 1000 kg ( 1 ton ) Waktu pembuatan : 3 bulan Kecepatan maksimal : 4.5 mach ( kecepatan suara )
Jarak jangkau : 200 km
Ketinggian jangkau : 53 km
Lama terbang : 205 detik
Muatan yang dibawa : Diagnostik,GPS, altitudemeter, gyro, 3-axis accelerometer, processor dan baterai.
Jenis bahan pembuatan : Propelan Solid-komposit Waktu bahan bakar : 13 detik Roket SLV dan Ilustrasi peluncurannya
Data Teknis Roket SLV
Tipe : Balistik Roket : Lima Roket RX-420 dan satu Roket RX-320 Jangkauan : 389 km
ketinggian jangkau : 314 km
Kecepatan : 7,8 km/s
Panjang Total : 9,5 Meter Konfigurasi : Empat Tingkat Tingkat Keempat ( paling atas ) Tempat muatan ( satelit ) Roket : RX-320
Panjang : 0,53 meter
Tingkat Ketiga
Roket : RX-420 Panjang : 0,75 meter Tingkat Kedua Roket : RX-420 Panjang : 2,52 meter
Tingkat Kesatu ( paling bawah )
Roket : RX-420 Panjang : 4,39 meter Booster ( disamping kanan & kiri tingkat kesatu ) Roket : RX-420 Panjang : 4,1 meter sumber:http://febriandarmawan93.blogspot.com/2010/02/teknologi-roket-lapan.html dan LAPAN HASIL BUAH KARYA ANAK BANGSA MELALUI PT. DIRGANTARA INDONESIA. Pesawat Sayap Tetap
[sunting] Komponen pesawat (sebagai sub-kontraktor pabrikan luar negeri)
[sunting] Helikopter
[sunting] Lainnya
Referensi
DRY CARGO VESSEL STAR 50 DOUBLE SKIN BULK CARRIER 50.000 DWT Product Branding PAL INDONESIA DRY CARGO VESSEL STAR 50 BOX SHAPED BULK CARRIER 50.000 DWT CARGO VESSEL 3.500 DWT CARAKA JAYA III Owner : PT.PAN - INDONESIA Total Produk : 13 Unit Delivery : Specifications: Length Overall : 98.00 Meter Length Between Perpendiculars : 92.00 Meter Breadth : 16.50 Meter Depth : 7.80 Meter Speed Service : 12.20 Knot Main Engine: MAN B&W Class : BKI ] DRY CARGO VESSEL OPEN HATCH BULK CARRIER 45.000 DWT Owner : PT. Fairmont Shipping - HONGKONG Total Produk : 2 Unit Owner : Blue Marine Company Ltd Total Produk : 1 Unit Owner : Dragon Enterprise Ltd Total Produk : 1 Unit Specifications: Length Overall: 195,00 m Length Between Perpendiculars: 185,00 m Breadth: 30,50 m Depth: 19,00 m Speed Service: 15,00 knots Complement : 23 persons Main Engine: MAN B&W - 1 X16.680 HP Class: GL
Landing Platform Dock 125m - KRI BANJARMASIN - 592
KEMAMPUAN PT PAL INDONESIA (PERSERO) DALAM MEMPERKUAT ALUTSISTA TNIOwner : DEPHAN - TNI-AL Delivery : 2009 Total Produk : 1 Unit Spesifikasi : • Length Over All = 125 M • Length Between Perpendicular = 109,2 M • Breath = 22.0 M • Depth (Tank Deck)/Truck Deck = 6,7 M / 11,3 M • Draft : Max = 4,9 M • Displacement = 7.300 Ton • Kecepatan Maksimum = 15 Knots • Endurance days = 30 days • Cruisning Range = 10.000 Miles • Max Embarcation = 344 person (Crew 126; Troops 218) • Helicopter = 5 unit • LCVP = 2 unit Sebagai salah satu BUMN Industri Strategis, PT PAL INDONESIA (PERSERO) memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan Alutsista TNI, utamanya kapal perang untuk TNI Angkatan Laut. Hal ini telah dibuktikan bahwa PT PAL INDONESIA (PERSERO) secara lini usaha memiliki divisi kapal perang yang tugas pokoknya mengembangkan dan memproduksi berbagai jenis/tipe kapal perang mulai dari kapal patroli kecil sampai dengan kelas Frigate. Sampai saat ini mampu mempersembahkan berbagai produk berupa kapal : FPB 14 M, FPB 28 M lambung kayu , FPB 28 M Aluminium, FPB 38 M Aluminium, FPB 57, dan saat ini sedang membangun Kapal Landing Platform Dock (LPD). Adapun rincian kapal-kapal yang telah di produksi adalah sbb: * Kapal Patroli Cepat 14 meter " Star Naja " sebanyak 1 unit untuk polisi * Kapal Patroli Cepat 28 meter Lambung kayu & Aluminium sebanyak 23 unit untuk Bea Cukai, Hankam POLRI dan OPDIP BATAM * Kapal Patroli Cepat 38 meter Aluminium sebanyak 5 unit untuk Bea & Cukai * Kapal Patroli Cepat 57 meter Type NAV-I s/d NAV-V sebanyak 12 unit untuk TNI AL dan salah satu FPB 57 (KRI Lemadang-805) telah dimodifikasi dengan persenjataan Peluncur Rudal (EXOCET). * Kapal Landing Platform Dock (LPD) 125 Meter sebanyak 2 unit untuk TNI AL (dalam proses pembangunan) * Sedangkan dalam bidang perawatan dan perbaikan kapal, PT PAL INDONESIA (PERSERO) mampu memperbaiki kapal-kapal kelas combatan sampai dengan kapal kelas Frigate, termasuk memperbaiki dan memodifikasi kapal Ex-Jerman Timur (PFK), bahkan mampu untuk mengoverhoul 2 unit kapal selam ( KRI Cakra & KRI Nanggala) dalam rangka mendukung kesiapan operasional kapal - kapal TNI AL. Dengan pengalaman memproduksi dan memperbaiki berbagai jenis kapal seperti tersebut di atas, saat ini PT PAL INDONESIA (PERSERO) sedang mengembangkan berbagai jenis dan tipe kapal dan Alutsista lainnya antara lain : * Memodifikasi tank BTR -50P menjadi PAL-AFV (Armoured Floating Vehicle) * Mengembangkan kapal Offshore Patrol Vessel 60 meter (OPV 60) dari FPB 57 * Kapal Perusak Kawal Rudal 105 meter (PKR) * Kapal Helicopter Carrier yang merupakan pengembangan dari STAR-50 Double Skin Bulk Carrier 50.000 DWT Sejak tahun 2004 PT PAL INDONESIA (PERSERO) telah mencanangkan dan mengembangkan program Korvet Nasional yang rencana produksinya akan didukung sepenuhnya oleh industri strategis dan swasta nasional, diantaranya : PT Pindad, PT DI, PT KS, PT LEN, PT INTI, PT Texmaco, PT Maspion, PT Tadakara, dll. Program kapal Korvet Nasional ini bila terealisir akan merupakan wujud kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan alat utama pertahanan nasional, khususnya kapal perang. Program ini mempunyai misi utama antara lain : * Kemandirian alat pertahanan Nasional * Pengembangan industri pertahanan * Peningkatkan kemampuan engineering, design dan integrasi system Didalam mewujudkan kemandirian bangsa dalam dalam kebutuhan Alutsista tersebut insan-insan PAL INDONESIA terus melakukan inovasi, hingga Kapal Korvet Nasional yang telah direncanakan pada tahun 2004, pada saat ini dikembangkan menjadi Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) yang dilengkapi dengan landasan heli dengan kapasitas sampai dengan 10 ton, juga dilengkapi sistem persenjataan yang lengkap dan modern untuk melaksanakan berbagai tugas militer antara lain : * Anti serangan udara * Anti kapal selam * Anti peperangan permukaan laut * Anti peperangan elektronika * Serta bantuan tembakan kapal Keberhasilan program Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) ini merupakan salah satu faktor penting dan menentukan untuk mewujudkan suatu bangsa yang maju dan mandiri. |
Subscribe to: Posts (Atom)